Mengikuti perkembangan kasus penanganan kasus Bibit-Candra dan Bank Century, sungguh membutuhkan kesabaran dan kecermatan ekstra tinggi. Tidak jarang, masyarakat awam
akhirnya menjadi emosional dan naik pitam, walaupun juga belum jelas juga alasan yang mendasari.
Sungguh aneh memang, dari kasus Bank Century saja, saya sebagai orang yang tidak paham hukum juga merasa ngeri. Saya pun juga tidak tahu pasti, tetapi berdasar audit BPK tentang
bail out Bank Century, saya menangkap ada ketidak beresan di sana. Saya juga hanya berusaha memahami, bagaimana mungkin data dari pemegang otoritas keuangan bisa salah atau
bahkan menyimpang. Data dasar yang keliru secara otomatis akan memberikan persepsi yang salah bagi kita untuk memahami permasalahan. Imbasnya, bagaimana mungkin kita akan
memberikan penyelesaian masalah berdasar data yang salah tersebut. Dan hampir pasti, solusinya mesti tidak akan bisa menyelesaikan masalah, bisa jadi akan menambah bencana.
Sedangkan perseteruan antara cicak dan buaya (KPK vs POLRI/KEJAKSAAN), saya juga menangkap sebuah benang merah yang hampir serupa. Setiap institusi bergerak berdasar
perundang-undangan yang diyakini, berdasar data yang dimiliki masing-masing. Kalau data/alat bukti yang ada benar sesuai perundang-undangan, dan sesuai persepsi dari semua
institusi, maka kekisruhan ini tidak akan berlarut-larut.
Sekali lagi, saya bukanlah pakar hukum atau analis ekonomi, tetapi benang merah kesimpulan saya (yang mungkin dangkal menurut orang lain) adalah DATA.
Sesungguhnya data adalah entitas yang menyatakan kuantitas dari sebuah fenomena. Misal laba saya 10 juta, berarti ada data saya mempunyai laba 10 juta. Dengan analisa dan
pengolahan data selama kurun tertentu, maka akan muncul sejumlah informasi. Jadi pada hakikatnya data-data yang terolah akan menjadi informasi.
Sekarang yang perlu menjadi perhatian, kenapa data ini bisa salah atau bahkan menyimpang ?
Bail out Bank Century harusnya memiliki data yang super akurat, karena lebih dari 5 triliun uang negara (kalau bukan uang rakyat) yang digelontorkan. Apakah data yang kemarin
dipaparkan akurat, maka saya tidak dalam kompetensi untuk menilainya. Biarlah kita menunggu proses kelanjutan proses investigasi terhadap laporan BPK. Seluruh masyarakat berharap
akan transparasi akan hal tersebut.
Alat bukti yang menjadi dasar perseteruan cicak buaya, juga merupakan data yang sangat mahal. Dari alat bukti tadi, kita bisa memperhitungkan berapa rupiah uang negara yang
tersedot untuk penanganan kasus tersebut. Berapa besar upaya yang dilakukan oleh seluruh aparat dan birokrat untuk penanganan kasus tersebut, kalau itu bisa dirupiahkan, saya
mungkin tidak sempat menghitungnya. Tetapi saya yakin, angkanya pasti fantastis.
Wah, jadi puyeng juga kalau data yang beredar di lingkungan kita tidak valid.
Di posisi apapun kita, kita bekerja dan berbuat atas dasar/data tertentu. Mari belajar dari mega-kasus di atas, mari kita kelola data kita dengan bertanggung jawab....
Ada saran ?