Senin, November 23, 2009

TERNYATA BENAR, DATA ITU (SANGAT) MAHAL

Mengikuti perkembangan kasus penanganan kasus Bibit-Candra dan Bank Century, sungguh membutuhkan kesabaran dan kecermatan ekstra tinggi. Tidak jarang, masyarakat awam

akhirnya menjadi emosional dan naik pitam, walaupun juga belum jelas juga alasan yang mendasari.
Sungguh aneh memang, dari kasus Bank Century saja, saya sebagai orang yang tidak paham hukum juga merasa ngeri. Saya pun juga tidak tahu pasti, tetapi berdasar audit BPK tentang

bail out Bank Century, saya menangkap ada ketidak beresan di sana. Saya juga hanya berusaha memahami, bagaimana mungkin data dari pemegang otoritas keuangan bisa salah atau

bahkan menyimpang. Data dasar yang keliru secara otomatis akan memberikan persepsi yang salah bagi kita untuk memahami permasalahan. Imbasnya, bagaimana mungkin kita akan

memberikan penyelesaian masalah berdasar data yang salah tersebut. Dan hampir pasti, solusinya mesti tidak akan bisa menyelesaikan masalah, bisa jadi akan menambah bencana.
Sedangkan perseteruan antara cicak dan buaya (KPK vs POLRI/KEJAKSAAN), saya juga menangkap sebuah benang merah yang hampir serupa. Setiap institusi bergerak berdasar

perundang-undangan yang diyakini, berdasar data yang dimiliki masing-masing. Kalau data/alat bukti yang ada benar sesuai perundang-undangan, dan sesuai persepsi dari semua

institusi, maka kekisruhan ini tidak akan berlarut-larut.
Sekali lagi, saya bukanlah pakar hukum atau analis ekonomi, tetapi benang merah kesimpulan saya (yang mungkin dangkal menurut orang lain) adalah DATA.
Sesungguhnya data adalah entitas yang menyatakan kuantitas dari sebuah fenomena. Misal laba saya 10 juta, berarti ada data saya mempunyai laba 10 juta. Dengan analisa dan

pengolahan data selama kurun tertentu, maka akan muncul sejumlah informasi. Jadi pada hakikatnya data-data yang terolah akan menjadi informasi.
Sekarang yang perlu menjadi perhatian, kenapa data ini bisa salah atau bahkan menyimpang ?
Bail out Bank Century harusnya memiliki data yang super akurat, karena lebih dari 5 triliun uang negara (kalau bukan uang rakyat) yang digelontorkan. Apakah data yang kemarin

dipaparkan akurat, maka saya tidak dalam kompetensi untuk menilainya. Biarlah kita menunggu proses kelanjutan proses investigasi terhadap laporan BPK. Seluruh masyarakat berharap

akan transparasi akan hal tersebut.
Alat bukti yang menjadi dasar perseteruan cicak buaya, juga merupakan data yang sangat mahal. Dari alat bukti tadi, kita bisa memperhitungkan berapa rupiah uang negara yang

tersedot untuk penanganan kasus tersebut. Berapa besar upaya yang dilakukan oleh seluruh aparat dan birokrat untuk penanganan kasus tersebut, kalau itu bisa dirupiahkan, saya

mungkin tidak sempat menghitungnya. Tetapi saya yakin, angkanya pasti fantastis.
Wah, jadi puyeng juga kalau data yang beredar di lingkungan kita tidak valid.
Di posisi apapun kita, kita bekerja dan berbuat atas dasar/data tertentu. Mari belajar dari mega-kasus di atas, mari kita kelola data kita dengan bertanggung jawab....
Ada saran ?

Senin, November 16, 2009

Karmic Release Party KSL KUSUKA

Sabtu, 14 Nopember 2009
Saya berangkat bersama adik saya, yang baru kuliah di Manajemen Informatika, untuk mengikuti acara Release Party di Yogyakarta. Mungkin sebagian kita sudah terbiasa dengan Ubuntu versi Jaunty Jackalope 9.04. Sedangkan acara rilis tersebut adalah rilis untuk Ubuntu 9.10 Karmic Koala.
Lambangnya cukup unik, koala. Biasanya kita ketahui bahwa koala adalah hewan nokturnal yang relatif pemalas dan banyak makan. Tetapi Ubuntu Karmic Koala memberikan fasilitas yang berbeda dengan makna seekor koala, lebih elegan, lebih menjawab tantangan yang muncul di versi sebelumnya.

Banyak gadget yang sudah bisa terkoneksi dengan Karmic, dari mula HPC (HP merk China yang difungsikan sebagai web cam), modem GSM merk S****a (yang kebetulan belum difasilitasi oleh operator seluler), dan beberapa gadget yang lain.
Secara tampilan, Karmic lebih memenuhi aspek estetika. Ibarat tampilan Vista dengan XP.

Ada beberapa masalah, dari audiens ketika proses instalasi, salah satunya belum aktifnya fasilitas "sound manager". Tetapi menurut anak-anak Ubuntu Yogyakarta yang memandu acara tersebut, sebetulnya permasalahan tersebut dapat dipecahkan ketika proses instalasinya benar, sesuai prosedur.

Ubuntu sebagai salah satu distro LINUX open source memang senantiasa berusaha menjawab tantangan kemajuan jaman. Ada usulan dari seorang teman, mampukah Ubuntu Karmic menjawab kebutuhan pengguna untuk pemanfaatan face inteligent, kayak notebook merk L***** yang menggunakan wajah sebagai password untuk masuk sebagai admin.
Kontan saja, bahkan pentolan Ubuntu Yogya juga belum bisa memberikan jawaban yang memuaskan penanya tadi. Akan diupayakan untuk menforward masukan tersebut ke komunitas Ubuntu internasional

Secara umum, acara tersebut cukup memuaskan dahaga keingintahuan saya terhadap dunia open source, maklum saja, saya masih belajar untuk itu.
Peluang pendayagunaan open source masih terbentang luas, tetapi masih perlu dipikirkan model bisnis yang tepat bagi para penggiat open source tersebut, termasuk komunitas Ubuntu.

Mohon revisi untuk masukan dan saran mengenai tulisan saya, belajar nulis juga....